Luput Dari Perhatian Media Massa....
Sebenarnya pertanyaan saia ini sudah lama menguak di otak, tapi baru kali ini saia ingin menuangkan pertanyaan tersebut. Semalam sambil saia menunggu pertandingan liga champion, saia duduk depan laptop sambil nonton TV. Sepintas TV hanya didengar karena memang gak ada acara yang menarik dan lagi malas nonton film-film di HBO ato Starmovie.
Ketika Channel TV saia pindah ke RCTI, saia tersenyum sejenak seraya berkata dalam hati melihat acara tersebut sambil tersenyum. Pertanyaannya adalah "emang itu bocah-bocah pada gak sekolah ato dicariin emak bapaknya tengah malem masih ada di studio untuk sekedar menonton acara musik yang mungkin hampir bisa dilihat tiap hari di channel manapun di tipi nasional kita?".ckckckck
Saia pernah baca artikel di Kompas tentang penonton bayaran dan ada koordinatornyah segala. Ketika itu pada acara-acara sahur, karena memang kita mengenal anomali yang mengatakan suatu acara akan meriah jika penonton meriah. Hal tersebut dapat membuat penonton dirumah tertarik menonton acara tersebut.
Tapi emang klopun benar mereka dibayar, apa mereka sudah menjadikan "menonton sebagai profesi?". Kalau memang iya jadi profesi apa gak sekolah? Karena saia lihat banyak sekali penontonnya yang masih remaja bahkan anak-anak.
Percaya ato gak jika kalian menonton acara-acara musik yang live di tipi dan di semua channel tipi nasional penontonnyah terkadang si itu-itu lagi. Sehari mereka bisa menonton acara musik lebih dari 3X di tiga tempat yang berbeda....Manstab!!

Hal demikian tidak pernah saia temui ketika saia masih mengeyam pelajaran di sekolah. Iri?? nggak, justru saia kasihan dengan makin tidak mutunya pendidikan di Indonesia karena media saja sudah tidak mendidik. Klo ada teori dalam komunikasi Jarum Suntik masih digunakan yang merupakan penyempurnaan dari teori peluru yang banyak dipakai pada jaman perang karena dipakai sebagai media propaganda, negeri ini sudah menjadi dunia musik yang mengabaikan nilai-nilai pendidikan.
Negeri ini sudah terkenal dengan hebatnya media massa men-setting para khalayaknya agar serempak dan kompak. Makanya penulis berharap hal-hal kecil seperti ini (tapi berdampak besar) mendapat sedikit bagian dari berita-berita di media massa, karena pasti akan ramai di perbincangkan kembali.
0 komentar:
Post a Comment